Data Automatic dependent
surveillance – broadcast (ADS-B) yang terekam dari pesawat Airbus A320-300
milik maskapai Indonesia AirAsia nomor penerbangan QZ8501 yang hilang pada
Minggu (28/12/2014) lalu menunjukkan bahwa pesawat jatuh secara spiral atau
sambil berputar. Misi pencarian pesawat Air Asia QZ8501 memakan biaya yang tak
sedikit. Biaya terbesar berasal dari bahan bakar pesawat terbang yang mencapai
Rp 121 juta untuk tiap pesawat sekali terbang. "Sekali terbang menjalankan
misi pencarian Air Asia, Hercules C-130 butuh 62 ribu pound avtur," kata
pilot Hercules Alpha 1323, Mayor Akal Juang, di atas Pulau Belitung, Senin, 29
Desember 2014. Menurut Akal, seribu
pound avtur setara dengan 600 liter. Sehingga, sekali terbang dalam
melaksanakan misi pencarian Air Asia QZ8501, kata dia, TNI Angkatan Udara harus
menyiapkan sekitar 10 ribu liter avtur. "Kapasitas bahan bakar itu cukup
untuk terbang selama 10 jam," kata dia. Harga satu liter avtur sekitar US$
0.97, maka sekali terbang ongkos pembelian avtur mencapai US$ 9.700 atau setara
Rp 121 juta per pesawat.
Wakil Presiden Jusuf Kalla
menetapkan waktu pencarian dan penyelamatan Air Asia QZ8501 selama tujuh hari.
Jadi, bila pesawat Hercules terbang selama tujuh hari maka biaya membeli avtur
untuk satu pesawat mencapai Rp 850 juta. Padahal, kata dia, TNI AU menerbangkan
dua pesawat Hercules C-130 secara bersamaan untuk mencari jejak pesawat Air
Asia, yakni Alpha 1323 dan Alpha 1319. Sehingga, perlu 20 ribu liter avtur untuk
sekali operasi tiap hari. Selain pesawat Hercules C-130, TNI AU juga
menerbangkan satu unit Boeing 737 dan dua unit helikopter Super Puma. Armada
itu dikerahkan dari Pangkalan Udara Supadio, Pontianak, dan Atang Sanjaya,
Bogor. Sebanyak 30 prajurit TNI AU juga ditugaskan untuk mencari Air Asia
QZ8501 yang dinyatakan hilang kontak pada koordinat 03 derajat 22 menit 15 second
Lintang Selatan dan 109 derajat 41 menit 28 second Bujur Timur. Penerbangan
rute Surabaya-Singapura itu terakhir kali hilang kontak di sekitar Tanjung
Pandan, Bangka Belitung. Air Asia QZ8501 mengangkut 155 penumpang dan 7 awak
pesawat. Ada warga negara Singapura, Malaysia, Korea Selatan, dan Inggris yang
termasuk dalam penumpang maskapai milik Tony Fernandes itu.
Menurut Wakil Presiden (Wapres)
Jusuf Kalla (JK) bahwa biaya bukan masalah bagi pemerintah dalam upaya
pencarian pesawat AirAsia QZ 8501
JK menegaskan, berapapun biaya akan dikeluarkan pemerintah untuk mencari pesawat yang mengangkut 155 penumpang dan 6 awak pesawat tersebut.
"Berapa pun untuk mencari itu (pesawat AirAsia), semua ada anggarannya. Anggaran Basarnas ada, kalau kurang baru diajukan tetapi kalau cukup kita pakai yang ada," kata JK usai meninjau upaya pencarian pesawat tersebut di kantor pusat Basarnas, Jakarta, Minggu (28/12).
Secara terpisah, Kepala Basarnas FHB Soelistyo mengatakan lembaganya memiliki anggaran mencapai Rp 900 miliar untuk melakukan operasi penyelamatan dalam satu tahun.
Oleh karena itu, lanjutnya, anggaran pencarian pesawat AirAsia akan diambil dari anggaran tahunan tersebut. JK juga menegaskan, biaya pencarian tak hanya ditanggung pemerintah saja. Tetapi juga maskapai serta sejumlah negara tetangga yang ikut membantu dalam operasi pencarian ini. "Pencariannya, itu pasti ditanggung pemerintah, yang lain-lainnya ditanggung AirAsia," jelas JK. "(Yang) Ditanggung yang dikerjakan pemerintah, tapi ada juga yang ditanggung pemerintah, ada juga yang ditanggung Air Asia, ada ditanggung negara yang datang," kata JK di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Selasa (6/1).
JK menegaskan, berapapun biaya akan dikeluarkan pemerintah untuk mencari pesawat yang mengangkut 155 penumpang dan 6 awak pesawat tersebut.
"Berapa pun untuk mencari itu (pesawat AirAsia), semua ada anggarannya. Anggaran Basarnas ada, kalau kurang baru diajukan tetapi kalau cukup kita pakai yang ada," kata JK usai meninjau upaya pencarian pesawat tersebut di kantor pusat Basarnas, Jakarta, Minggu (28/12).
Secara terpisah, Kepala Basarnas FHB Soelistyo mengatakan lembaganya memiliki anggaran mencapai Rp 900 miliar untuk melakukan operasi penyelamatan dalam satu tahun.
Oleh karena itu, lanjutnya, anggaran pencarian pesawat AirAsia akan diambil dari anggaran tahunan tersebut. JK juga menegaskan, biaya pencarian tak hanya ditanggung pemerintah saja. Tetapi juga maskapai serta sejumlah negara tetangga yang ikut membantu dalam operasi pencarian ini. "Pencariannya, itu pasti ditanggung pemerintah, yang lain-lainnya ditanggung AirAsia," jelas JK. "(Yang) Ditanggung yang dikerjakan pemerintah, tapi ada juga yang ditanggung pemerintah, ada juga yang ditanggung Air Asia, ada ditanggung negara yang datang," kata JK di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Selasa (6/1).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar