Subsidi BBM adalah salah satu langkah yang
bisa di ambil pemerintah dalam tugas dan kewajibannya mencapai Tujuan
bernegara, yaitu mewujudkan Masyarakat Sejahtera. Mencabut subsidi memberi
peluang berkurangnya kesejahteraan masyarakat, dan membuat pemerintah dalam
posisi mengingkari tugas pokok dan kewajibannya. Disisi lain dengan meroketnya
harga Minyak Mentah dunia dan meningkatnya kebutuhan BBM dari tahun ketahun,
menyebabkan pemerintah harus memikul beban Subsidi yang demikian besar,
sehingga membebani kemampuan pemerintah disisi Anggaran (APBN), dan memperlemah
kondisi keuangan negara untuk menjalankan tugas tugas nya dibidang yang lain;
Pertahanan, kesehatan, pendidikan dan lainnya.Dengan kondisi itulah, maka
pemerintah berkeinginan menaikan harga BBM Bersubsidi atau dengan kata lain
mengurangi jumlah Subsidi BBM, yang akan mulai diterapkan pada April-2012 ini.
Dengan asumsi mencabut subsidi sebesar Rp1.000 untuk 1 liter BBM Bersubidi, dan
jumlah pemakaian BBM yang diperkirakan sebesar 40 juta Kilo Liter pertahun,
diharapkan dengan kebijakan pengurangan subsidi ini akan bisa dihemat anggaran
negara sebesar 40 Trilyun pertahun.
Jika dilihat logika dan argumentasi yang dipakai Pemerintah
adalah hubungan sebab akibat, input-output dari kondisi Minyak mentah dunia,
kebutuhan BBM Bersubsidi dan besaran subsidi yang harus ditanggung. Dimana
dengan input berupa meroketnya harga Minyak mentah dunia (per february 2012 ICP
US$129,06 per barel), meningkatnya konsumsi BBM (tahun 2011 melewati target
yang hanya Rp129 Trilyun menjadi Rp160 Trilyun), pemerintah harus mengeluarkan
kebijakan “Menaikan Harga BBM bersubsidi” dan diharapkan akan dihasilkan output
Pengurangan Pemakaian BBM Bersubsidi serta Turun nya Subsidi yang dikeluarkan
negara.
Pertanyaanya,
apakah solusi ini akan berhasil dan bisa permanen?
Saya
meragukan ini, karena BBM Bersubsidi (ambil contoh premium) sudah berkali kali
naik, dan faktanya jumlah Volume BBM bersubsidi tidak lah menurun, tapi terus
naik volume nya (sumber migas
ESDM), jumlah pemakai kendaraan tidak lah turun signifikan tapi
tetap naik dari tahun ketahun (besarnya 10-15% pertahun, data Gaikindo).
Menaikan
harga Premium agar subsidi berkurang hanya akan effektif jika jumlah pemakai
BBM bersubsidi tetap dan akan sangat terasa penghematan subsidi nya jika Volume
pemakai-annya juga ikut turun.
Tapi
jika volume pemakai-annya terus naik, maka berapapun subsidi yang dikurangi
tidak akan benar-benar berdampak “pengiritan” dari sisi anggaran Negara yang
dikeluarkan.
Hemat
saya,Kenaikan BBM Bersubsidi hanya ibarat “obat penahan rasa sakit” yang hanya
bertahan sesaat mengurangi rasa sakit tapi tidak menghentikan atau menghapus
sumber penyakitnya. Mengurangi subsidi ini hanya menunda sementara serangan
penyakitnya, dan pada masa nya, penyakitnya akan muncul lagi dan dibutuhkan
obat yang lebih “kuat lagi” untuk menahan perkembangan dan membunuh sumber
penyakitnya.
Jadi
apa solusinya? agar permasalahan atau penyakit BBM ini bisa diobati dengan
tuntas dan cespleng?
Seperti
yang saya tulis dibagian lain, bahwa kewajiban negara (dalam hal ini
pemerintah) adalah mencapai tujuan bernegara yaitu masyarakat sejahtera, dan untuk mencapai tujuan tersebut ada 2 jalan yang
bisa ditempuh yaitu;
1. PemberianSubsidi
2. Meningkatkan
Infrastruktur dan Fasilitas masyarakat
Jika
subsidi akan dicabut pemerintah, maka jalan kedua harus ditempuh yaitu
meningkatkan infrastruktur dan fasilitas pada rakyat.
Dalam
hal BBM, mahal nya BBM bersubsidi (atau tidak ada sama sekali subsidi) akan
membuat rakyat terbebani untuk menutupi kebutuhan BBM kendaraan mereka, dan
dengan kondisi ini mereka harus mencari alternatif agar Biaya hidupnya tidak
melonjak. Dan pilihannya adalah transportasi umum atau kendaraan irit energi.
Maka disisi inilah pemerintah harus bergerak, yaitu meningkatkan jumlah
transportasi umum dan penyediaan fasilitas yang memadai agar peralihan
masyarakat dari kendaraan pribadi ke fasilitas umum bisa berjalan lancar, yang
pada akhirnya akan menekan jumlah kendaraan yang beredar dijalanan dan menekan
jumlah kendaraan yang dibeli oleh masyarakat.
Jika
ini terjadi maka tentunya Volume BBM bersubsidi yang disalurkan jumlahnya juga
akan tetap (atau bahkan turun) sehingga kebijakan menurunkan subsidi/menaikan
harga BBM, akan signifikan dampaknya bagi keuangan negara, dan akan terjadi
penghematan
http://politik.kompasiana.com/2014/05/02/pro-kontra-kenaikan-bbm-subsidi-adakah-solusi-lain-resend-650682.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar