Selasa, 16 Desember 2014

Pro Kontra Kenaikan BBM

Subsidi BBM adalah salah satu langkah yang bisa di ambil pemerintah dalam tugas dan kewajibannya mencapai Tujuan bernegara, yaitu mewujudkan Masyarakat Sejahtera. Mencabut subsidi memberi peluang berkurangnya kesejahteraan masyarakat, dan membuat pemerintah dalam posisi mengingkari tugas pokok dan kewajibannya. Disisi lain dengan meroketnya harga Minyak Mentah dunia dan meningkatnya kebutuhan BBM dari tahun ketahun, menyebabkan pemerintah harus memikul beban Subsidi yang demikian besar, sehingga membebani kemampuan pemerintah disisi Anggaran (APBN), dan memperlemah kondisi keuangan negara untuk menjalankan tugas tugas nya dibidang yang lain; Pertahanan, kesehatan, pendidikan dan lainnya.Dengan kondisi itulah, maka pemerintah berkeinginan menaikan harga BBM Bersubsidi atau dengan kata lain mengurangi jumlah Subsidi BBM, yang akan mulai diterapkan pada April-2012 ini. Dengan asumsi mencabut subsidi sebesar Rp1.000 untuk 1 liter BBM Bersubidi, dan jumlah pemakaian BBM yang diperkirakan sebesar 40 juta Kilo Liter pertahun, diharapkan dengan kebijakan pengurangan subsidi ini akan bisa dihemat anggaran negara sebesar 40 Trilyun pertahun.
Jika dilihat logika dan argumentasi yang dipakai Pemerintah adalah hubungan sebab akibat, input-output dari kondisi Minyak mentah dunia, kebutuhan BBM Bersubsidi dan besaran subsidi yang harus ditanggung. Dimana dengan input berupa meroketnya harga Minyak mentah dunia (per february 2012 ICP US$129,06 per barel), meningkatnya konsumsi BBM (tahun 2011 melewati target yang hanya Rp129 Trilyun menjadi Rp160 Trilyun), pemerintah harus mengeluarkan kebijakan “Menaikan Harga BBM bersubsidi” dan diharapkan akan dihasilkan output Pengurangan Pemakaian BBM Bersubsidi serta Turun nya Subsidi yang dikeluarkan negara.
Pertanyaanya, apakah solusi ini akan berhasil dan bisa permanen?
Saya meragukan ini, karena BBM Bersubsidi (ambil contoh premium) sudah berkali kali naik, dan faktanya jumlah Volume BBM bersubsidi tidak lah menurun, tapi terus naik volume nya (sumber migas ESDM), jumlah pemakai kendaraan tidak lah turun signifikan tapi tetap naik dari tahun ketahun (besarnya 10-15% pertahun, data Gaikindo).
Menaikan harga Premium agar subsidi berkurang hanya akan effektif jika jumlah pemakai BBM bersubsidi tetap dan akan sangat terasa penghematan subsidi nya jika Volume pemakai-annya juga ikut turun.
Tapi jika volume pemakai-annya terus naik, maka berapapun subsidi yang dikurangi tidak akan benar-benar berdampak “pengiritan” dari sisi anggaran Negara yang dikeluarkan.
Hemat saya,Kenaikan BBM Bersubsidi hanya ibarat “obat penahan rasa sakit” yang hanya bertahan sesaat mengurangi rasa sakit tapi tidak menghentikan atau menghapus sumber penyakitnya. Mengurangi subsidi ini hanya menunda sementara serangan penyakitnya, dan pada masa nya, penyakitnya akan muncul lagi dan dibutuhkan obat yang lebih “kuat lagi” untuk menahan perkembangan dan membunuh sumber penyakitnya.
Jadi apa solusinya? agar permasalahan atau penyakit BBM ini bisa diobati dengan tuntas dan cespleng?
Seperti yang saya tulis dibagian lain, bahwa kewajiban negara (dalam hal ini pemerintah) adalah mencapai tujuan bernegara yaitu masyarakat sejahtera, dan untuk mencapai tujuan tersebut ada 2 jalan yang bisa ditempuh yaitu;
1.     PemberianSubsidi
2.    Meningkatkan Infrastruktur dan Fasilitas masyarakat
Jika subsidi akan dicabut pemerintah, maka jalan kedua harus ditempuh yaitu meningkatkan infrastruktur dan fasilitas pada rakyat.
Dalam hal BBM, mahal nya BBM bersubsidi (atau tidak ada sama sekali subsidi) akan membuat rakyat terbebani untuk menutupi kebutuhan BBM kendaraan mereka, dan dengan kondisi ini mereka harus mencari alternatif agar Biaya hidupnya tidak melonjak. Dan pilihannya adalah transportasi umum atau kendaraan irit energi. Maka disisi inilah pemerintah harus bergerak, yaitu meningkatkan jumlah transportasi umum dan penyediaan fasilitas yang memadai agar peralihan masyarakat dari kendaraan pribadi ke fasilitas umum bisa berjalan lancar, yang pada akhirnya akan menekan jumlah kendaraan yang beredar dijalanan dan menekan jumlah kendaraan yang dibeli oleh masyarakat.
Jika ini terjadi maka tentunya Volume BBM bersubsidi yang disalurkan jumlahnya juga akan tetap (atau bahkan turun) sehingga kebijakan menurunkan subsidi/menaikan harga BBM, akan signifikan dampaknya bagi keuangan negara, dan akan terjadi penghematan
http://politik.kompasiana.com/2014/05/02/pro-kontra-kenaikan-bbm-subsidi-adakah-solusi-lain-resend-650682.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar